Makam yang tidak jelas asal-muasalnya itu selama empat tahun terakhir atau sejak Agustus 2009 lalu dianggap keramat oleh sekelompok orang. Sejak itu, cepat saja keberadaan makam jadi buah bibir. Bahkan sempat menimbulkan pro-kontra di masyarakat Batu Kajang.
Selama empat tahun sejak pertama kali ditemukan, rasa gerah dan kegelisahan warga semakin menjadi-jadi. Ini dikarenakan intensitas peziarah yang datang baik, dari dalam maupun luar Batu Kajang, semakin meningkat. Ditambah lagi dengan sejumlah ritual keagamaan. Seperti haul rutin yang selalu digelar dengan menghadirkan sejumlah orang sembari mensosialisasikan akan keberadaan makam.
“Yang membuat tokoh agama semakin gerah, yakni adanya cerita-cerita yang dikarang dengan menghubung-hubungkan kalau yang dimakamkan itu masih ada hubungan langsung dengan kerabat Rasulullah dengan mencatut salah satu nasab keturunan beliau,” ungkap salah seorang tokoh masyarakat Batu Kajang seperti diberitakan Kaltim Post.
Berangkat dari sejumlah informasi dan beberapa kejadian serta ritual–ritual yang dilakukan sekelompok orang yang meyakini akan kebenaran makam, Ustaz Muhammad Sayuti, salah seorang ulama, bersama tokoh agama dan pemuka masyarakat Batu Sopang, melakukan pemantauan sejak awal penemuan makam. Tanpa terasa waktu terus bergulir, selama empat tahun ternyata aktivitas mengkeramatkan makam tersebut masih berjalan bahkan semakin sering.
Hingga pada Senin (19/8) malam, haul tahun keempat kembali dilaksanakan di salah satu rumah warga. Ustaz Sayuti telah mengingatkan kepada mereka agar acara tersebut tidak digelar apalagi dibesar-besarkan. Sebab, sampai saat ini tidak terdapat satu informasi dan rujukan apapun yang dapat dipegang tentang kebenaran makam keramat tersebut.
Mengetahui kegiatan tersebut tetap berlangsung, Ustaz Sayuti meminta kepada sejumlah warga di sekitar lokasi kegiatan haul untuk menggiring Abdul Kadir, yang mengeramatkan makam itu beserta pengikutnya, bertemu di Musala Ibadurrahman, kompleks perumahan PT Kideco Jaya Agung, Batu Kajang.
Sekitar pukul 22.00 Wita, sejumlah warga datang membawa Abdul Kadir. Setelah dihadapkan kepada Ustaz Sayuti didampingi sejumlah habib, guru agama dan jamaah pengajian rutin musala ini, Abdul Kadir diminta untuk menjelaskan asal-usul penemuan makam.
Setelah dilakukan dialog dan tanya jawab secara mendalam, Abdul Kadir tidak dapat memberikan informasi dengan dasar dan rujukan yang kuat. Apa yang disampaikannya lebih banyak didasarkan mimpi dan halusinasi. Akhirnya ditarik kesimpulan pada pertemuan hingga pukul 01.00 Wita dini hari itu, makam akan dibongkar. Pembongkaran makam disaksikan sejumlah tokoh masyarakat. Ada juga pemuka agama, tokoh pemuda serta aparat desa dan unsur pimpinan Kecamatan Batu Sopang.
“Pembongkaran harus dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk memastikan apakah makam tersebut benar-benar makam dan patutkah juga untuk dikeramatkan,” kata Sayuti. Setelah dilakukan pembongkaran dan penggalian makam selama lebih kurang dua jam, makam sepanjang 4,2 meter dengan lebar 1,2 meter dan dalam 2,3 meter itu tak layak dikeramatkan, karena isinya kosong.
Abdul Kadir, penemu makam pun akhirnya meminta maaf kepada semua masyarakat Batu Kajang. Makam yang selama ini disebut-sebut sebagai keramat ternyata bukan makam siapa-siapa dan tidak patut untuk dikeramatkan.
Sementara itu, Kapolsek dan Danramil Batu Sopang meminta agar masalah seperti ini tidak terulang kembali dan mengimbau masyarakat untuk tidak mudah terhasut dengan isu-isu yang menyesatkan dan tetap menjaga situasi yang lebih kondusif.