Sore hari Selasa, seorang ibu muda dengan diantar suaminya, Sebelum diterapi, terlebih dahulu ibu Y (nama disamarkan) diajak dialog tentang keluhan-keluhan yang sedang dialaminya.
Ibu Y menyampaikan keluhan yang dialami beberapa bulan terakhir ini. Ia sering mengamuk tak tau juntrungnya, panas-pusing bila dengar bacaan Al Qur’an, dan dada sering berdeg-deg keras tanpa sebab yang pasti. Kalau sudah begitu, anak yang akan jadi sasaran pelampiasan.
Itulah keluhan saat pertama kali datang. Setelah hari itu diterapi, ibu Y diminta datang lagi Selasa depan, untuk evaluasi perkembangan hasil terapi. Tetapi Selasa berikutnya ternyata ibu Y tidak datang. “Saya lupa. Kayak ada ‘sesuatu’ yang bikin saya lupa ustadz,” katanya saat hadir lagi di Selasa berikutnya.
Pada terapi yang kedua, ibu Y masih terjadi reaksi saat diruqyah. Terutama bila diruqyah dengan disentuh bagian kaki, tangan, punggung atau kening.
Terpasang 11 Susuk di Tubuhnya
Usut punya usut, ibu Y akhirnya mengakui bahwa pernah pasang Susuk. Tak tanggung-tanggung, telah terpasang 11 Susuk di tubuhnya. Ada yang di kaki, tangan, punggung dan wajah. Kok sampai sebanyak itu?
Pada tahun 1998, ibu Y pernah menderita sakit misterius yang tak sembuh-sembuh. Kedua tangannya terasa berat dan nyeri. Kedua kakinya juga mengalami hal serupa, nyeri dan panas yang sangat, sampai-sampai ibu Y bilang serasa mau njebrot, padahal kaki dan tangannya kelihatan biasa-biasa saja seperti orang sehat, juga tak ada bengkak.
Setelah ayahnya berputar-putar kesana kemari mencari orang ‘pinter’, pada tahun itu pula ibu Y dibawa ke seorang ‘pinter’ di Probolinggo. Saat itu pula dipasang 11 Susuk di tubuhnya.
“Saat itu orangnya masang susuk sambil komat-kami seperti baca salawat,” ceritanya mengenang.
Alih-alih sembuh, malah makin lama makin parah, plus ada kesukaan baru: marah-marah.
Usai menikah pada tahun 2001, sakitnya tak kunjung sembuh. Derita bertambah lagi dengan sulit tidur, bahkan sering kakinya tak bisa dibuat jalan saat-saat jam tertentu. Yaitu saat jam 8 pagi sampai 4 sore. Kakinya serasa lumpuh. Mengerikan.
Saat sedang marah kaki pun seperti beraksi spontan. Apa-apa yang ada di dekatnya akan menjadi sasaran. Wush… panci pun melayang, atau anaknya yang jadi sasaran.
Lalu datanglah orang pintar yang betul-betul pintar, yang memberi saran agar mencoba terapi ruqyah.
Alhamdulillah, kesembuhan atas ridho Allah swt. setelah terapi ruqyah yang kedua ibu Y merasa plong, lega, enteng, pandangan terasa terang. Ketika terapi ketiga, ibu Y sudah tak ada reaksi lagi saat diruqyah. Ia juga bilang sudah tak marah-marah lagi, dan yang jelas tak ada lagi panci yang beterbangan. Anaknya gembira, Suami pun lega berseri.
Ia pun berkeinginan mengajak saudaranya yang ada di Batu dan Madiun untuk mengikuti terapi ruqyah syar’iyyah.
Subhanallah… Tetaplah dalam kesabaran meski sakit menjangkit. Jangan pernah berpaling dari Allah, meski sepersekian detik. (Am/Reaksi)
malangruqyahcenter