A:Assalamualaikum ya jin..
B:Diam...
A:Assalamualaikum!!
B:Masih Diam....
A:Siapa nama kamu?
B:Suri pa'e. (Suri Pak)
A:Kenapa kamu masuk?
B:Dikongkon...(Disuruh)
A:Disuruh siapa?
B:Diam lagi
A:Berapa banyak kamu disini?
B:Okehh (banyak)
A:Dari mana kamu?
B:Teko kene (Dari sini)
A:Penunggu sekolah sini?
B:He'e (Iya)
A:Ya sudah, pergi sekarang!
B:Dilut mene yo pak (Sebentar lagi ya pak)
A:Gak,,saya mau kamu sekarang saja keluarnya!
HUARRRRGHHHHH!!!!
Tiba-tiba ada siswi lain yang kesurupan. Situasi makin panik akibat ketakutan teman-temannya yang lain.
Saya masih fokus kepada si Suri ini.
Saya mulai prosesi ruqyah seperti biasa. Namun saya merasa kesulitan, sebab si anak ini memakai pakaian yang agak ketat dan tak berjilbab. Dia terlihat merasa sangat-sangat kesakitan di jantung dan ulu hatinya sampai-sampai mengangkat dadanya ke atas dan berteriak "Aduhhh Pakkkkk TOLONG!!!
Astaghfirullah, saya lalu berpaling wajah. Bagaimana nih cara ngatasinya? Saya berkeyakinan ini jin pasti di ulu hatinya. Biasanya jika langsung ditekan ulu hatinya maka insyaAllah jin tersiksa dan cepat keluar.
Lantas, apa mungkin harus saya tekan juga ulu hatinya?
Rasanya sangat-sangat tidak mungkin, melihat kami berlainan jenis. Ntar yang ada saya yang kesetanan.
Saya melihat keadaan sekitar, mereka hanya melihati saya saja karena barang kali mereka juga tidak tahu harus berbuat apa.
Saya arahkan tangan saya dari atas saja agar tidak menyentuhnya sembari menggeser tangan ke mulutnya, dia semakin kesakitan.
Dan tiba-tiba, “Bleggg” Dia pingsan lagi. Lantas sesaat saya mau menangani siswi yang lain, ehh tiba-tiba dia bangun lagi. Saya bacakan lagi, ini jin sungguh bandel. Saya merasa serba salah, dipegang salah, Gak dipegang rugi. Ehh maksudnya jinnya bakalan susah keluarnya. Saya ambil air putih, saya baca ayat kursi ke dalamnya dan kemudian saya percikkan ke wajahnya, enggak juga mempan.
Kemudian saya berhenti sejenak untuk berfikir,.
“Pak Boleh Gantian?” Terdengar suara lembut seorang wanita dari sisi kiri saya. Langsung saja saya katakan “Silahkan bu, silahkan...”
Beliau pun langsung menterapinya dengan membacakan ayat ruqyah langsung dekat ke telinga kanan siswi tadi.
Saya bergegas kepada siswi yang satunya.
Saya tekan juga titik refleksi jantungnya, dia pun siuman. Namun dia merasakan kakinya Gak bisa digerakkan, langsung saja saya bacakan Alfateha beberapa kali kemudian saya hempaskan tangan saya dari kakinya.
Alhamdulillah setelah itu kakinya bisa digerakkan.
Saya kembali lagi kepada si Suri dan melihat dia sedang disiksa oleh ibu tadi lewat bacaan2 ayat suci, namun tak juga kunjung sadar. Setelah beberapa menit, suri pun keluar diakhiri dengan ucapan kalimat syahadat dari mulutnya.
Semua siswa/i di atas, kami suruh turun ke bawah.
Yang bermasalah kami kumpulkan di kantor guru.
Dan....
Lagi-Lagi setelah sampai di kantor guru, siswi yg tadi kembali kesurupan!!!
Belum selesai bernafas lega, sudah harus perang lagi dengan jin-jin ini.
Fiuhhh....Namun saya serahkan saja sama ibu tadi untuk menterapinya, saya pergi shalat Ashar dulu di Mushallah.
Selepas shalat, saya melihat si ibu tadi masih asik ngobrol dengan suri.
Saya mendengarkan dialognya, kurang lebih seperti ini :
A:Kamu keluar!
B:Diam
A:Kali ini saya tidak main-main lagi ya, sudah saya peringatkan berulang kali tapi masih juga bandel!
B:Errggghhhhhh!!!! (Geram)
Si ibu sepertinya berusaha menarik jin tsb untuk keluar dengan cara menggeserkan tangannya dari perut hingga ke tenggorokkan dan berakhir dengan ucapan Allahuakbar! Takut siswi ini kesurupan lagi, maka diapun langsung dipulangkan oleh pihak sekolah. Kemudian ibu ini memercikkan air di depan kantor, mungkin buat pagar ghaib supaya jin-jinnya gak balik lagi kayaknya ya.
Saya penasaran dengan si ibu ini, saya langsung tanya “Ibu praktisi ruqyah juga ya?”,Berharap dapat jawaban yang enak didenger, ehh Si Ibu malah menjawab “Ahh Gak kok, saya ini hanya seorang wanita yang ditinggalkan suaminya, iya kan Pak?” Sembari tersenyum melihat ke salah seorang guru disitu.
Hmm ya sudahlah, Alhamdulillah Hari ini berakhir sudah.
Lanjut Ke Episode 2.
Ke esokan harinya (07-11-2013), saya berkeinginan untuk mencari tahu tentang siswi yang kesurupan kemarin, ternyata kata teman-temannya dia seorang “Endang”. Saya awalnya gak tahu apa itu endang, tetapi kemudian saya paham juga bahwa kata “Endang” sebenarnya sebutan Pemain Kuda Lumping.
Kebetulan pada hari itu saya bertugas piket, kemudian seorang siswi mendatangi saya untuk meminta izin tidak mengikuti mata pelajaran karena dia ketakutan dengan temannya yang kesurupan kemarin, “sejak mulai pelajaran dia terus melihat ke arah ku pak, aku takut, dia mau mengincar saya” katanya. Ya sudah kamu disini saja, sambil saya tanya-tanya tentang dia.
Bel istirahat pun berbunyi, seperti biasa saya dan guru-guru kumpul di ruangan kantor namun saya tidak melihat ibu yang kemarin. Namanya Ibu Sri, dia guru baru disini.
Saya sempat berkata dalam hati saya, “wahh gawat nih kalau misalnya terjadi kesurupan lagi, siapa yang bantuin”
Terang saja, sesaat itu langsung terdengar suara Gaduh lagi dari lantai atas. Para siswi langsung berteriak, “Pak Aby, itu ada yang kesurupan lagi di atas, cepetan pak Aby”
Ya Allah, belum lagi menikmati istirahat, sudah harus bergerak lagi. Sendirian pula ini. Haduhh. Saya melihat sebagian guru sudah pada naik ke atas, sementara saya masih di bawah.
“Aby!!!Cepat kau naik ke atas!!! Terdengar nada suara wanita marah karena melihat saya lambat geraknya. Dari pada saya dimarahi sama teman saya yang sepertinya lebih menyeramkan dari setan, Mendingan saya langsung berlari ke atas aja deh.
Begitu saya sampai, MasyaAllah!!! sungguh saya dikejutkan kembali, Kali ini ada 4 orang siswi sekaligus yang kesurupan. Sementara saya sendiri. Kebimbangan pun mulai menghampiri, Mana yang harus saya tolong? Saya berusaha menenangkan diri saya dulu setengah menitan.
Ternyata diantara siswi yang kesurupan adalah siswi yang sempat mendatangi saya diwaktu piket tadi. Dia tergeletak di lantai sekolah dan dipegangi oleh beberapa temannya.
Saya fokus ke dia dulu. Langsung saya ambil sikap setengah duduk.
A:Assalamualaikum!!!
C:Ergghhhh
A:Siapa ini?
C:Suri pak. (Kemarin si suri ini memasuki raga siswi lain si
A:Ohh kamu lagi. Kenapa kok masuk lagi?
C:Arep dolanan pak (Ingin main-main pak)
A:Bukan disini tempatmu, mau keluar sendiri atau dikeluarkan?
C:Arrghhhhhhhhh pak Aby, tolong dadaku pak sakit, tanganku juga pak, aduhh aduhh!!!!
A:Lahh belum diapa-apain kok
C:Auhhh cepat pak Aby!!! Tangan ku sakit kali..Gak tahan aku pak. (Ekspresi wajahnya memang seperti menahankan rasa sakit yang begitu dalam.
Kali ini saya berusaha lebih tenang menghadapinya dari kemarin, karena kali ini harus benar-benar butuh strategi yang matang menghadapi empat siswi sekaligus.
A:Saya minta air putih, kemudian saya bacakan dan berdoa agar air putih itu menjadi obat bagi penyakit yang sedang dialaminya dan menjadi racun pemusnah bagi jin-jin dzalim di dalamnya.
Kemudian siswi ini pingsan, dan...
Huargghhhhhh!!!!! Siswi “B”mengamuk sambil menendang-nendang meja.
A:Assalamualaikum.
B: ....
Langsung saya urut ujung pelipis matanya sambil tetap membaca ayat ruqyah, kemudian melemparnya ke ubun-ubun kepala. Dia pingsan.
Lanjut ke siswi yang lain,
A:Assalamualaikum...
D:Berontak
A:Saya kumandangkan adzan! Allahuakbar Allahuakbar...dst
D:Berusaha menutup telinganya
A:Buka telinga kamu, dengarkan!!! (Tangannya langsung saya pegang paksa, saya letakkan tangannya di meja, bermodalkan bismillah, tangannya lemas. Saya lanjutkan)
D:(Menggeleng-gelengkan kepala)
A:Saya bacakan hasbunallah....bismillahi...Allahuakbar...Saya tiupkan ke telinganya. Dia mulai bisa mengendalikan diri.
A:Siapa ini?
D: Uda pak, ini Ayu (Alhamdulillah dia sudah dalam keadaan sadar)
Sementara saya melihat siswi yang satunya “Si E” sedang dimaki-maki oleh temannya yang berusaha untuk menyadarkannya, saya heran sendiri, kok malah jinnya dimarah-marah? Ini mana yang sebenernya kesetanan kok sampai ditampari gitu.
Langsung saya ambil alih, bacakan lagi ayat ruqyah sambil menekan titik ummu mughits dengan jari telunjuk dan jari tengah, alhamdulillah langsung tergeletak. Saya cek nadinya, denyutannya sangat lemah. Sama seperti kemarin, seluruh siswa kami turunkan dan si E ini digendong oleh beberapa guru turun ke bawah.
Siswa/i yang lain dibariskan di depan kantor, terlihat kepala sekolah ingin menyampaikan beberapa hal. Saya pergi ke mushallah untuk shalat Ashar. Selepas shalat Ashar, tiba-tiba saya dipanggil oleh seorang guru, “By, ini katanya kok masih ada di kakinya. Coba dulu tengokkan (liatkan)”
Lohh, saya lihat memang kakinya masih ada, tapi jinnya gak tahu ada atau gak.
Setelah saya kembali ke kantor, saya melihat semua siswi tadi kesurupan lagi dan yang lebih membuat aneh kami ternyata ada seorang siswi yang berkelakuan seperti monyet. Kemudian....
Awalnya, saya cuekin aja si “B” yang bergelagat aneh.
Saya kembali fokus kepada si “D”.
A:Keluar kamu!!!
D: Hanya menggoyang-goyangkan badannya.
A: Kembali saya bacakan ayat ruqyah surat Al-Hasr 21-24, saya pijat lembut daerah kahil dan katifainnya, dia semakin menjerit kesakitan.
Kamu kalau masih tetap ngeyel, saya buang kamu ke Belawan!! (Pelabuhan Medan)
Langsung saya akhiri dengan lemparan dan anehnya dia pun jatuh.
Berangkat lagi ke C.
C: “Pak, aku mau Riska aja Pak!! Panggilkan riska pak!!! Gak tahan lagi aku!!! Grrrrhhhh!!!
A: ”Tidak, kalau mau keluar jangan macam-macam!!
Sholat dulu sana di mushallah, atau coba lawan saya sajalah, katanya kamu hebat ya, kok beraninya sama anak ini!!!(sambil menepuk-nepuk tangannya yang mengeras)
Tiba-tiba si Riska pun datang. (Riska adalah “si B”).
Proses terapi langsung diambil alih oleh si B ini.
B: Jangan kalian tekan jempol kakinya? Mau kalian dia masuk lagi!!! Uda awas kalian!!!
A: Keheranan (Apa iya dengan menekan jempol kaki, malah buat jin masuk lagi?)
Tapi ya sudahlah, gak saya ambil pusing.
Dari tekniknya, saya yakin sekali ini ciri khas yang dipakai oleh pawang-pawang kuda kepang. Saluttt!!! Gak butuh waktu lama, si B ini berhasil mengeluarkan jin yang bersemayam di tubuh C. Dengan menekan perut, ulu hati, tenggorokan, sedikit bisikan di telinga kanan dan kirinya lalu ditiup!
Fwuhhhh!!!! Si C terlihat tegang sekujur badannya.
Seketika itu si C pun pingsan, namun si B masih melakukan gerakan-gerakan ritual aneh pada tubuh C.
Ahh ya sudah, saya sekarang fokus kepada si D lagi. Dia masih kesakitan di bagian kaki katanya.
Langsung to the point!
A: Sudah, keluar kamu!!
D: Aduh pak sakit kali kakiku pak.
A: Kamu pemain kuda kepang juga?
D: Gak pak. Ini bukan punya saya.
A: Jadi kamu punya juga?
D: Iya pak, punya kakek diturunkan sama saya semua.
A: Pantaslah. Kalau saya musnahkan, kamu ikhlas gak?
D: Janganlah pak. Untuk jaga badan kata kakek.
A: Hahh? Hasbunallah wani’mal wakil, ni’mal maula wa ni’mannashiir. Cukuplah Allah bagi kita, dan dia sebaik-baik pemimpin, pelindung juga penolong! Terang saya menasehati.
Setelah beberapa saat, akhirnya dia ikhlas untuk dimusnahkan.
Saya pun bersiap-siap. Istighfar3x, dan berdoa dengan doa-doa pilihan untuk gangguan jin.
Seketika saya akan memulai.
A: Audzu....
Grekkkkkk!!!! Si B muncul di hadapan kami.
B: Jangan dimusnahkan pak, nanti makin banyak gangguan disini. (Si B menasehati saya)
Tanpa meminta izin, lagi-lagi proses terapi diambil alih oleh si B.
Dia diam sejenak. Saya heran. Lalu saya panggil namanya
A: Riska..Riska...
Itu bukan riska lagi pak, itu “si X”. (kata temannya)
A: Makin heran.
Ternyata, dia sedang melakukan ritual untuk memasukkan khodamnya ke tubuhnya sendiri. Dan benar, dia sekarang berubah menjadi seekor monyet!!!
Dengan gaya khasnya, si B berdialog dengan si D. Entah apa yang dikatakannya, saya gak terlalu paham.
Saya hanya diam saja menyaksikan mereka.
Kemudian si B terlihat menarik jari jemari kaki si D, si D kelojotan dan berteriak.
Si D pun langsung sadarkan diri.
Alhamdulillah, saya gak perlu repot-repot lagi.
Nahh sekarang tinggal si B sama monyet yang ada dalam tubuhnya. Kini dia diam sambil jongkok.
Tapi terdengar suara aneh dari mulutnya. tCce tcce tcce tcee tccceee, lidah sama bibirnya seperti mengecap persis seekor monyet.
Hopppp! Kami semua tersentak kaget, saya langsung ambil sikap kuda-kuda.
Dia melompat kesana kemari.
Tak mau kalah, melihat situasi seperti ini saya pun bertingkah seperti di acara “Dua Dunia”, mengejarnya dan memegang kepalanya. Langsung saya ucapkan “Hasbunallah....Allahuakbar....Keluar kamu!!!!!!”
MasyaAllah, seketika itu dia langsung berdiri, saya pun pasang kuda-kuda lagi, kini dengan tangan di depan dada dan kaki rendah seperti layaknya seorang pesilat yang sedang menunggu serangan, takut kalau dia tiba-tiba menyerang.
Berharap dia menyerang, ehhh malah dia langsung bergegas mengambil tasnya lalu pulang gitu aja meninggalkan kami disini. Tanpa salam, tanpa pamit, tanpa keluar sepatah kata pun.
“Udah yok wee kita pulang” (Ucap dia mengajak teman-temannya).
Jujur,,,saya terbengong macam orang bodoh dibuatnya keheranan.
!”
Saya gak tahu bagaimana hari ini, karena setiap hari jumat saya off mengajar.
Mudah-mudahan sudah tak ada gangguan lagi.
Tapi entah dengan besok, “soalnya saya belum sempat kenalan dengan monyetnya kemarin”