Perdana Akhmad
Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin
Muhammad telah menceritakan kepada kami
Utsman bin Umar telah menceritakan kepada kami
Yunus dari Az Zuhri dari Salim dari Ibnu Umar r.a.
bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak ada
‘adwa (keyakinan adanya penularan penyakit) tidak
ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga
tidak jadi beramal), (H.R. Bukhari No. 5312)
Rasulullah mengatakan bahwa rasa sial itu adalah
suatu prasangka yang ada dalam diri manusia
sendiri, dan hal itu bisa menjadi kenyataan karena
terus menerus terfikirkan hal itu sehingga secara
tidak disadari diri kita akan menuju ke arah itu.
Dari ‘Atho` bin Yasar dari Mu’awiyah bin Al Hakam
As Sulami berkata: “Diantara kami ada kaum yang
biasa merasa sial. Rasulullah s.a.w.
bersabda: “Itu
adalah sesuatu yang mereka dapatkan di hati
mereka (saja), karena itu jangan sekali-kali ia
(merasa sial) menghalangi mereka (dari melakukan
suatu pekerjaan).” (H.R. Ahmad No. 22644)
Dalam ilmu psikologi dikenal adanya self fullfillment
prophecy yaitu perilaku seseorang yang didasari
oleh prasangka / ramalan lalu secara tidak sadar
karena terus menerus berfikir akan hal itu sehingga
akhirnya hal itu menjadi kenyataan.
Dari Abu Salamah dari Mu’awiyah bin Al Hakam As
Sulami berkata: Ia (Mu’awiyah) berkata: Dulu kami
biasa merasa sial. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Itu
adalah sesuatu yang didapatkan oleh salah seorang
dari kalian didalam jiwanya, jangan sekali-kali ia
(kesialan) menghalangi kalian.” (H.R. Ahmad No.
22646)
Hal ini juga bisa terjadi pada histeria massa.
Misalnya diramalkan harga barang akan naik, dan
semua orang akhirnya meyakini hal itu maka
akhirnya semua orang memborong barang di pasar,
sehingga akhirnya harga benar-benar naik karena
permintaan lebih besar dari suplai barang, dan
barang menjadi langka di pasaran sehingga harga
menjadi naik. Akhirnya orang berkesimpulan bahwa
ramalan itu benar adanya.
Jangan pernah meyakini kalender jawab, jam, naga
hari, Neptu, Nujum, weton, wuku, windu dll apapun
bentuk hitungan hari baik dan buruk sebab semua
itu adalah khurafat.
“Yang demikian itu hanyalah dugaan belaka. Maka
janganlah hal itu sampai menghalangi
urusanmu.” (H.R. Muslim No. 4133)