Peruqyah sering kali mendapatkan pasien yang menceritakan mimpi buruknya dan peruqyah menafsirkan secara dzhohir berdasarkan mimpi pasien tanpa ilmu. Takwil (tafsir) mimpi yang serampangan dapat membuat sesuatu hal berdampak negatif akan terwujud ketika seseorang berusaha menafsirkannya (baik peruqyah atau orang lain).
Contoh kasus : Pasien mimpi dikejar-kejar setan lalu berlari menjauh, maka peruqyah menakwilkan bahwa pasien lagi di hendak disakiti setan, TAFSIR INI BAHAYA sebab ketika pasien mempercayai perkataan peruqyah maka syetan akan berusaha mewujudkan takwil mimpi peruqyah dan keyakinan pasien bahwa dia memang lagi dicelakai setan.
Allah Ta’ala berfirman,
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku” (Muttafaqun ‘alaih).
Jika pasien bersangka buruk pada dirinya dan peruqyah bersangka buruk pada diri pasien, maka akan terjadi keburukan pada diri pasien sesuai dengan persangkaannya. Ini dalam ilmu psikologis seperti penyakit psikosomatis dimana seseorang secara psikis merasa dirinya sakit dan celaka maka akan mendapatkan sakit pada tubuhnya padahal penyakit ini bersumber dari fikirannya sendiri.
Seharusnya jika pasien terpaksa atau tanpa terencana menceritakan mimpinya seperti mimpi lari dikejar-kejar setan, TAKWIL yang lebih aman adalah :" ANDA AKAN MENDAPATKAN KESELAMATAN SEBAB ANDA MAMPU BERLARI MENJAUH DARI SETAN" . Ini takwil yang bersangka baik dan Insya Allah akan aman secara psikis/kejiwaan pasien dan membangkitkan semangat dan keyakinan pasien dan membentuk mind set bahwa dia akan mampu menjauh dari setan.
Bahkan jika pasien atau bahkan anda sendiri mendapatkan celaka dalam mimpinya seperti "mimpi di tusuk setan tubuhnya", takwilkan dengan takwil yang bersyahwasangka positif/baik bahwa "setan membenci diri pasien sebab ada amalan yang tidak disukai setan yang diamalkan pasien, dan Insya Allah tidak akan membahayakan" dan ajaklah pasien dan bahkan anda sendiri jika mimpi buruk untuk melupakan mimpinya jangan dijadikan beban fikiran sebab tidak baik bagi kesehatan jiwa.
Dalam satu riwayat Rasulullah menjamin ketika seseorang melupakan mimpi itu, dan memohon perlindungan dari setan, maka mimpi itu tidak akan berdampak buruk baginya. Beliau bersabda,
وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ، وَلْيَتْفِلْ ثَلاَثًا، وَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا، فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ
Apabila kalian mengalami mimpi buruk, hendaknya meludah ke kiri 3 kali, dan memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan dan dari dampak buruk mimpi. Kemdian, jangan ceritakan mimpi itu kepada siapapun, maka mimpi itu tidak akan memberikan dampak buruk kepadanya.” (HR. Bukhari 7044, Muslim 2261, dan yang lainnya)
Ketika menjelaskan hadis tentang mimpi buruk di atas, An-Nawawi mengatakan,
وأما قوله صلى الله عليه وسلم في الرؤيا المكروهة ولا يحدث بها أحدا فسببه أنه ربما فسرها تفسيرا مكروها على ظاهر صورتها وكان ذلك محتملا فوقعت كذلك بتقدير الله تعالى فإن الرؤيا على رجل طائر ومعناه أنها اذا كانت محتملة وجهين ففسرت بأحدهما وقعت على قرب تلك الصفة
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mimpi buruk, agar tidak diceritakan orang lain, sebabnya adalah: terkadang ada orang menafsirkan mimpi itu dengan tafsir yang buruk sebagaimana yang digambarkan dalam mimpi itu, meskipun masih ada banyak kemungkinkan, kemudian tafsir buruk itu terjadi dengan taqdir Allah Ta’ala. Karena mimpi yang dialami seseorang ibarat sesuatu yang terbang. Artinya, ketika mimpi itu memiliki dua kemungkinan makna, kemudian ditafsirkan pada salah satu maknanya, maka maka akan terjadi sesuai yang mendekati sifat tersebut. (Syarh Shahih Muslim, an-Nawawi, 15/18)
Wallahu A'lam...........