Penipuan Hipnotis di Sekitar Kita
Reporter: Eliza Amanda
Juru Kamera: Dedi Effendi
indosiar.com, Jakarta -
Kejahatan dengan hipnotis
akhir-akhir ini kian marak
terjadi di masyarakat kita.
Dalam menjalankan aksinya,
para pelaku menggunakan
kemampuannya
mempengaruhi pikiran calon
korban untuk tujuan
mengambil apa saja yang dianggap berharga dari
korbannya.
Korbannya pun tidak mengenal batas usia, status sosial
dan jenis kelamin. Namun kebanyakan yang menjadi
korban adalah kaum wanita terutama ibu rumah tangga
saat berada di tengah keramaian.
Beginilah kondisi Adi Wijaya saat ditemui di Polres
Jember, Jawa Timur.
Laki - laki ini babak belur dihajar
massa, setelah dipergoki melakukan penipuan terhadap
seorang wanita disebuah pertokoan di wilayah Jember
akhir Februari lalu.
Adi yang akhirnya menjalani
pemeriksaan di kepolisian dengan status tersangka ini,
sama sekali tidak menduga gerak geriknya sudah
diamati oleh seorang karyawati restoran cepat saji
tersebut, sejak ia masuk ke tempat wanita itu bekerja.
Sang karyawati mengintainya karena ia mengenal wajah
Adi yang beberapa waktu sebelumnya telah menipu
temannya dengan cara menghipnotis. Kepada polisi,
wanita itu mengaku, temannya ketika itu dengan tanpa
sadar menyerahkan kartu ATM berikut nomor PIN dan
uang 21 juta rupiah didalamnya habis dikuras.
Dari tangan laki-laki ini, petugas
menyita beberapa barang bukti
yang diduga telah ia gunakan
dalam menjalankan aksinya.
Seperti dua buah telur dan botol
berisi air mineral. Kartu ATM
milik korban pun untuk
sementara disita polisi untuk
melengkapi barang bukti
tersebut. Teman tersangka
berinisial SKR berhasil lolos dari kepungan massa.
Menurut polisi dari pemeriksaan identitasnya, kedua
tersangka pelaku kejahatan hipnotis ini bukan penduduk
asli Jember. Mereka pendatang dari Tangerang, Banten
dan karena itu polisi yakin keduanya pernah melakukan
kejahatan yang sama di tempat lain.
Tersangka mengakui ia bersama temannya datang ke
tempat itu memang sedang mencari calon korban untuk
mereka hipnotis. Namun menurut Adi, otak pelaku
kejahatan ini justru sang teman. Karena laki-laki itulah
sebenarnya yang memiliki kemampuan hipnotis,
sedangkan dia hanya diajak.
Pelaku kejahatan ini memang jarang sendirian, minimal
dua orang. Menurut tersangka Adi, mereka sudah
melakukan aksi ke beberapa daerah, dengan tempat
tinggal berpindah-pindah agar tidak mudah dilacak para
korban yang sudah berhasil mereka tipu.
Kejahatan hipnotis seperti banyak jenis kejahatan
lainnya ternyata juga mengalami perkembangan.
Modus yang dipakai para pelaku tidak lagi
konvensional dengan memandang mata calon korban.
Tapi sudah lebih banyak dengan mempengaruhi pikiran
lewat dialog, walau sesekali masih dibaringi dengan
cara menepuk pundak sang calon korban.
Memperhatikan kasus-kasus penipuan hipnotis yang
diungkapkan para korban dapat diketahui bahwa para
pelaku mengincar calon korban yang sedang berjalan
sendirian di tengah keramaian. Misalnya di terminal
bus.
Calon korban kemudian diikuti dari belakang.
Setelah sampai pada waktu dan tempat yang dianggap
tepat, pelaku kemudian mendekati korban.
Dengan sikap
ramah, bahkan bila perlu berpura-pura kenal, pelaku
kemudian menepuk bahu korbannya. Korban yang sudah
terkena pengaruh, akhirnya mau berjabat tangan dan
menurut saja saat diajak pergi ke suatu tempat yang
sepi.
Di tempat itu, pelaku berusaha memberikan korban
dengan terus mengajak bicara. Bahkan membelikan
makanan dan minuman.
Setelah itu muncul teman
pelaku dengan aneka lagaknya.
Setelah situasi sudah dirasa akrab, teman pelaku lalu
bersikap seolah-olah kaget melihat wajah korban.
Dengan mengatakan korban sedang terkena guna-guna
seseorang, ia kemudian memegang tangan korban dan
mengaku dapat menyembuhkan guna-guna itu dengan
telur dan air mineral.
Dalam pengaruh dibawah
sadar, korban kemudian
menurut saja apa kata
pelaku. Termasuk saat
diminta membeli telur dan air
mineral. Saat proses
penyembuhan berlangsung
itulah, pelaku kemudian bertanya soal apa saja yang
berada dalam tasnya.
Korban baru sadar setelah menjadi korban penipuan,
setelah semua barang berharganya lenyap dibawa pergi
pelaku. Kasus dengan modus ini dialami banyak korban
hipnotis. Salah satunya seorang wanita bernama
Debrina.
Wanita yang naik angkutan umum sendirian, juga
sering menjadi incaran pelaku kejahatan ini. Mereka
biasanya sudah diikuti sejak naik bis. Lalu sang
pelaku akan mengambil tempat didekat calon korban,
dengan menepuk bahunya terlebih dahulu.
Dengan
modus ini pelaku biasanya akan melakukan berbagai
cara untuk membuat korban melihat matanya. Mulai
dari bertanya waktu, mengajak berkenalan atau
mengganti uang.
Jika siasatnya berhasil, praktis korban
sudah dalam kendali.
Pihak Polres Purwokerto
beberapa waktu lalu,
kedatangan seorang pria
bernama Ridwan Idrus.
Dan saat itu mengaku
bekerja di kantor
Sekretariat Negara.
Ridwan mengaku telah menjadi korban penipuan
seorang laki-laki yang duduk disebelahnya saat ia
dalam perjalanan naik bus umum dari Cilacap menuju
Purwokerto.
Di Bandung, petugas Polres Bandung Barat, Ridwan
memang sempat melacak jejak sang pelaku. Namun
seperti katanya didepan petugas, pelaku penipuan itu
menghilang di telan bumi. Hilang bersama jam tangan
senilai 2,3 juta dan uang tunai 650 rupiah yang
diserahkannya.
Tertangkapnya sejumlah pelaku kejahatan penipuan
dengan hipnotis telah membuktikan bahwa kejahatan
jenis ini dapat dibrantas. Meskipun seperti diakui
pihak kepolisian, perlu kerja keras dan kesadaran
pihak korban untuk melaporkan peristiwannya.
Kejahatan hipnotis memang lebih banyak terjadi di
wilayah perkotaan. Khususnya di tempat-tempat
keramaian, seperti terminal atau pusat - pusat
perbelanjaan.
Korban kebanyakan dari kalangan ibu
rumah tangga. Namun di beberapa kasus ada kaum laki-
laki yang mengaku telah menjadi korban kejahatan ini.
Beberapa waktu lalu, tiga orang pekerja seks komersial
dari kawasan Pasar Kembang Yogyakarta, datang ke
kantor polisi setelah mendapat kabar terbekuknya
seorang pria berinisial Matahari, karena kedapatan
menghipnotis calon korbannya .
Salah seorang dari wanita ini mengatakan, Matahari
beberapa waktu sebelumnya telah pula menipu ia dan
teman-temannya dengan membawa puluhan juta
rupiah. Saat datang ke tempat mereka, laki-laki itu
langsung mendekat dan menawarkan benda semacam
ajibat Penglaris.
Belum sempat mereka menawar, tiba-
tiba laki-laki itu menempelkan ajibat tersebut ke perut
mereka. Selanjutnya seperti dibawa sadar, mereka
menurut saja ketika laki-laki itu meminta uang dengan
alasan akan dimasukan kedalam ajibat tersebut.
Lain lagi dengan yang dialami beberapa ibu rumah
tangga dikawasan Duren Sawit, Jakarta Timur
pertengahan tahun lalu. Mereka mengaku saat berada di
keramaian, tiba-tiba ditemukan seorang laki-laki dengan
logat bicara Malaysia dan pura-pura kesasaran.
Tapi belakangan pria itu mengaku sebagai sales dan
menawarkan dagangannya. Lalu tak lama berselang
datang laki-laki lain yang secara aktif merespon dengan
mengajak korban membeli barang laki-laki tersebut.
Kepada kebijakan para wanita ini mengaku mulai dibawah
sadar dan menuruti perintah para pelaku ketika salah
satu dari dua laki-laki itu bersalaman dengan mereka.
Modus seperti itu dilakukan pula
para pelaku kejahatan di tempat
lain.
Di Makassar, seorang
tukang becak dibekuk polisi.
Karena dilaporkan seorang laki-
laki berkomplot dengan beberapa
laki-laki lain menghipnotis dirinya
untuk membeli jam Roulet palsu
sebesar 1 juta, 270 ribu rupiah.
Di Bandung, Jawa Barat, 6 orang kawanan penipu
hipnotis dibekuk polisi setelah melakukan serangkaian
penipuan dengan modus yang sama dengan yang terjadi
di Makassar.
Lain lagi dengan yang dialami seorang wanita di Tebing
Tinggi, Sumatera Utara, 2 tahun lalu. Setelah ditepuk
pundaknya, penghipnotis bisa meyakinkan wanita ini
untuk membeli gelang emas milik pelaku senilai jutaan
rupiah.
Korban baru saja telah tertipu saat ia hendak pergi ke
pegadaian. Ternyata gelang tersebut hanya emas
sepuhan. Namun tidak semua kasus penipuan hipnotis
bisa diungkap polisi. Terutama karena jarak waktu
antara kejadian dengan korban melapor cukup lama.
Sementara pelaku biasanya langsung berpindah tempat
setelah berhasil melakukan aksinya.
Di wilayah Kabupaten Jember, Jawa Timur misalnya
menurut catatan pihak kepolisian setempat selama
tahun 2004 sampai Maret 2005 ini, kasus penipuan
dengan hipnotis sering kali terjadi, namun belum ada
pelaku yang tertangkap.
Namun menurut Dwi, jika
tertangkap, pihaknya tidak akan kesulitan dalam
menindak pelakunya. Misalnya dengan menggunakan
pasal penipuan dalam KUHP.
Kejahatan inipun sebenarnya
bisa dihindari.
Selama
seseorang bisa tetap
mengendalikan kesadarannya
ketika bertemu dengan orang
yang kehadirannya memang
terasa ganjil. Karena menutut
Anggota Metafisik, Bambang Sugono,
hipnotis memang masuk ke
dalam tubuh seseorang melalui berbagai cara.
Diantaranya melalui sentuhan seperti memukul tubuh
seseorang melalui kepulan asap rokok atau melalui
mantra-mantra. Saat itulah fisik dan pikiran calon
korban tidak dapat kosong, harus tetap bekerja misalnya
bernyanyi atau berdoa dalam hati.
Kesadaran memang menjadi kunci membentengi diri
dalam menghadapi berbagai gangguan yang bersifat
nonfisik. Sebab seperti kata Anggota Metafisik, jika motor
berpikir kita selalu bekerja dan dalam kendali
kesadaran, apapun yang datangnya dari luar akan sulit
menguji ketahanan kita.
Apalagi jika benteng itu sebuah
keyakinan utuh, bahwa segala suatu datang dari Tuhan
dan akan kembali kepada-NYA jua. (Sup)
Sumber ....
http://m.indosiar.com/ragam/penipuan-hipnotis-di-sekitar-kita_40953.html