Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan. Bahkan sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik. Demikian halnya dengan dunia ruqyah syar'iyyah. Praktisi Ruqyah senantiasa dihadapkan pada konflik, baik konflik dengan para dukun, konflik dengan jin, bahkan konflik dengan sesama peruqyah dan konflik dengan kritikus ruqyah dan konflik dengan pasien.
Manajemen konflik sangat berpengaruh bagi setiap peruqyah. Para Peruqyah dituntut menguasai manajemen konflik agar konflik yang muncul dapat diredam / dicari jalan keluarnya, untuk menjaga fitnah dan mempererat persatuan dan kesatuan.
Manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang disepakati.
Didunia Ruqyah konflik antara peruqyah, konflik peruqyah dengan pasien, konflik peruqyah dengan jin, konflik peruqyah dengan para kritikus ruqyah, konflik peruqah dengan dukun pasti akan terjadi.
Peruqyah ketika berkonflik akan terlihat kedewasaan sikapnya dan terlihat kematangan emosionalnya. Hindarkan dari sikap kekanak-kanakan, emosi tinggi, merasa bangga dengan keterkenalannya, merasa benar sendiri juga tidak memiliki adab dan moral dalam menasihati.
Merasa malulah mengeluarkan perkataan dan tulisan yang menunjukkan ketidak dewasaan sikap dan prilaku yang akan menjadi tontonan orang banyak yang dampaknya akan menghancurkan image diri sendiri dihadapan orang lain.
Sikap beradap dan bermoral sangat dibutuhkan masing-masing peruqyah ketika mereka berkonflik agar tidak menimbulkan permusuhan.
Kompak dan bersatu dibutuhkan jika peruqyah berkonflik dengan dunia perdukunan atau ketika berkonflik dengan kritikus ruqyah.
Memperhatikan keluh kesah pasien dan menjaga fitnah diperlukan untuk menghindari konflik antara peruqyah dan pasien.
Duduk bersama dan meminta bantuan pihak ke 3 yang netral sangat dibutuhkan ketika peruqyah menghadapi konflik dengan sesama peruqyah.
Wallahu a'lam............