Ada klaim menyesatkan dari kalangan kaum dukun . kikun, ustadun, bahwa mereka bisa menimba ilmu langsung dari Allah dan mereka pintar tanpa belajar, srhingga mereka di sebut orang pintar karena memiliki linuwih [ kemampuan ] weruh sak jeroning kara [ tahu perkara ghaib ] dan weruh sakdurunge winarah [ tahu sebelum di beri tahu ] berkat kemampuan ilmu laduni, bahwa mereka mendapatkan wangsit sejajar dengan syariat, mana hadist yang shahih bisa menjadi lemah karena bertentangan dengan wangsitnya dan sebaliknya.
Sebetulnya istilah ilmu laduni muncul dikait-kaitkan dengan fimanNya tentang Nabi Khidir 'Alahisalam;
وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا ....
Dan kami ajarkan ilmu dari sisi kami '' [ QS; Al-Kahfi ;65 ].
Maksud ayat di atas menurut mereka, adalah disingkapnya ilmu ghaib bagi mereka. Caranya dengan kasyaf [ penyinkapan ] tajalliyat [ penampakan ] serta melakuakan kontak langsung dengan Allah dan Rasulullah. Mereka berdalil dengan firman Allah ,
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ....
'' Dan bertakwalah kepada Allah, maka Allah akan menganjari pada kalian semua,'' [ QS Al-Baqarah 2; 282 ]
Pemikiran ilmu laduni digulirkan oleh Hisyam Ibnu Al-Hakam [ wafat 199,H ] seorang penganut syi'ah yang mahir dalam imu kalam, yang berasal dari kuffah . Kaum kikun ustadun dan sufi dalam rangka merealisir ajarannya,menempuh beberapa jalan ,yang terpenting antar lain ;
Pertama; Menjauhkan diri dari menuntut ilmu syar'i , karena menurut mereka menyibukkan diri dengan ilmu agama suatu tindakan pengagaguran seperti di katakan Al-Junaid, seorang pentolan sufi, '' Yang paling aku sukai pada seorang pemula bila tak ingin berubah, hendaknya jangan menyibukkan hatinya dengan tiga perkara berikut ini ; mencari penghidupan, menimba ilmu [ hadist ] dan menikah, Maka betul yang dikatakan Imam As-Syfi'i bahwa ajaran tasawuf di bangun di atas kemalasan.
Kedua ; Merusak sanad-sanad hadist dan menshihkan hdist- hadist dho'if [ lemah ] munkar dan maudhu [ palsu ] dengan alassan kasyaf. sebagaimana dikatakan Abu Yazid Al-Busthami, '' Kalian mengambil ilmu dari mayat ke mayat, sedang kami mengambil ilmu dari Maha hidup dan tidak pernah mati.
Ketiga ; Menganggap menimba ilmu terutama ilmu hadist sebagai perbuatan tercela dan jalan hidup menuju kepada dan ksalahan. Ibnu Al-Jauzi menukil, bahwa ada seorang syaikh sufi melihat seorang murid membawa papan tulis [ semacam buku tulis ] untuk belajar , maka dikatakan kepada murid tersebut ; Sembunyikan aurotmu [ papan tulis ] '' Bahkan mereka saling mewariskan pameo pameo yang bertendensi menjahui ajaran ulama salaf.
Ada kisah yang cukup menarik yang disebutkan dalam kitab manaqip Abdul Qodir Jailani,'' setelah Syaikh mengadakan pengembaraan dua puluh lima tahun maka beliu bertemu dengan Nabi Khidir, kemudian Nani Khidir menyuruhnya agar duduk di suatu tempat selama tiga tahun dan tidak boleh membantahnya, dalam rangka mendapatkan darinya ilmu laduni, sementara Nabi Khidir hanya datang setahun sekali, sehingga beliu mendapat banyak khawariq [ kehebatan karomah ] dan ilmu tanpa belajar, kemudian beliu pergi menuju kota Bagdad untuk bertemu dan berdebat dengan seratus ulama ahli fikih. Setelah para ulama berkumpul untuk berdebat, maka tiba tiba keluar cahaya dari arah dada Syaikh dan memantul ke dada para ulama itu untuk mengambil ilmu dari dada mereka, sehingga ilmu mereka lenyap dan syaikh dengan mudah mengalahkan mereka dalam berdebat.
Tidak di sangkal bahwa sangat mungkin terjadi mukasyafah pada diri wali sebagaimana yang terjadi pada diri Umar bin Khathab, namun beliu tidak pernah mengklaim mengetahui perkara ghaib, bahkan masih tetap menjadikan Al- Qur'an dan Sunnnah sebagai hujjah agama serta menimbang perbuatan dan ucapannya dengan kenyataan akan terjadi pada wali Allah, tetapi seorang wali tidak boleh menyangka bahwa setiap kejadian dan mukasyafah yang terjadi pada dirinya adalah karomah dari sisi Allah. Karena kadang kadang hal itu datang dari bisikan setan dan tipu muslihatnya. Wajib bagi wali mengukur segala ucapan dan perbuatannya kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah , bila sesui dengan keduanya maka ia benar dan bisa di percaya sebagai karomah dari Allah. Dan bila ditemukan kenyataan yang sebaliknya, maka ia telah tertipu oleh setan.
Ibnu Jauzi berkta ; ketahuilah bahwa ilmu yang bersumber dari ilham yang masuk ke dalam hati tidak bisa menganti ilmu mangqul [ syar'i ], begitu juga ilmu naqli, ibarat makanan sementara ilmu syar'i laksana obat obatan maka satu sama lain tidak bisa saling menganti.
Herbal Ruqyah Mojokerto , Membongkar Dunia Klenik.