Firasat secara bahasa meneliti dan mengorek berita, sementara firasat menurut istilah syar'i adalah kemampuan untuk memeberi kabar berita tentang suatu perkara ataw peristiwa yang akan terjadi yang diberikan oleh Allah kepada siapa saja yang di kehendaki dari kalangan wali-wali-NYA dan hamba-hamba-NYA yang terpilih. [ 42]
Seorang hamba Allah tidak mungkin memiliki firasat yang tajam dan tidak pernah meleset kecuali setelah menghiasi diria dengan berbagai macam amal shaleh dan menghindari dari segala yang haram dan syub sebagaimana yang telah di tegaskan Imam Syah Al-Kar ; '' Barang siapa yang menundukkan matanya dari setiap yang diharamkan , menahan dirinya dari setiap yang syubhat, memakmurkan batinnya dengan terus menerus muraqabah, zahirnya dengan mengikuti As-Sunnah, dan membiasakan diri untuk memakan yang halal maka tidak pernah meleset firasatnya. [43]
Dengan demikian , sesungguhnya firasat termasuk bagian dari karomah yang diberikan Allah kepada hamba-hambanya-NYA sebagai bentuk karunia dan nikmat, namun firasat secara umum terbagi menjadi tiga macam ;
Pertama; Firasat Imaniyah.
Muaranya berasal dari cahaya Allah yang dilepas ke dalam hati hamba-Nya, yang pada hakikatnya merupakan '' Khatir '' yang mengalir ke hati lalu merangsak ke dalamnya seperti seekor singa yang menerkam mangsanya. Dari situlah makna firasat diambil. Dan firasat semacam ini tergantung kuatnya keimanan. Sehingga semakin kuat iman seseorang, maka akan semakin tajam firasatnya. Abu Sulaiman Ad-Darani menyatakan ; Firasat merupakan penyingkapan tabir jiwa dan penampakan suatu perkara ghaib. 5Dan demikian itu termasuk jenjang-jenjang keimanan.''
Kedua Firasat Riyaddiyah.
Muaranya berasal dan tercipta dari proses melaparkan diri begadang dan berkhalwat. Sesungguhnya bila jiwa mampu menahan diri berbagi macam belenggu dan tantangan hidup, ia akan memiliki firasat dan kasyaf [ tersingkapnya tabir jiwa ] se dengan besarnya kemampuan diri dalam menahan belenggu tersebut. Dan firasat ini bisa dimiliki orang mukmin maupun orang kafir. Tidak menunjukkan keimanan dan kewalseorang hamba. Tidak akan mampu menyingkap kebaikan yang bermanfaat dan tidak bisa menunjukkan kepada jalan yang lurus. Bahkan kasyaf seperti sama yang dimiliki oleh para pentakwil mimipi, para dukun, para tabib, kikun, ustadun dan semisal dengan mereka.
Ketiga ; Firasat al-Khalqiyyah.
Firasat ini banyak digunakan oleh para dokter dan yang lainnya untuk menganalisa sesuatu. Mereka menjadikan bentuk fisik untuk menganalisa [psikologis]. Karena keduanya memiliki keterkaitan yang sudah menjadi hikmah sunnahtullah seperti bentuk kepala yang lebih kecil dari ukuran yang wajar, digunakan untuk menganalisa bahwa akalnya juga kecil, demikian juga sebaliknya, Lebarnya bidang dada menunjukkan lapangnya akhlak, demikian juga sebaliknya, Pandangan mata yang sayu dan sorot mata yang lemah, menunjukkan prilaku yang apatis dan kurang sensitif, Dan lain sebagainya, [44]
Wajib bagi seorang wali berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah karena tidak ada seorangpun di antara para wali Allah ketika mendapat firasat dalam hatinya yang tidak perlu mencocokkan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah. dan demikian itu di sepakati oleh para wali Allah. Barang siapa yang menyelisihi mereka dalam hal ini maka mereka bukan termasuk wali Allah, bahkan mungkin seorang ngaku wali , ngaku Nabi, ataw orang orang biasa / awam mengaku wali, [45]
Semoga kita selalu bisa bermuhasabah dengan kesalahan yang kita lakukan sehingga kita terus menerus minta ampun dan bertaubat kepada Allah,
----------------------------------------------------------------
42 ; Farasatul Mukmin, Ibrahim Al-Hazimi, hal 9
43; Ad-Da'wad ; Ibnu Qoyyim, hal 276
44; Tahdzib Syarah Thahawiyah, Abdul Akhir , hal 389-390
45; Tafsir Adhawaul Bayan ,Syinqithi 4/159