*LARANGAN MENGUNGKAP HASIL DIAGNOSA DALAM TERAPI*
Dalam buku الدررالبهية في بعض مسائل الرقية الشرعية Syaikh Abu Barra' bercerita, bahwa ada seorang bapak yang membawa anak kecil yang menderita atrofi (pengecilan sel sel otak) kepada seorang peruqyah. Setelah melihat indikasi dan gejalanya, sang _peruqyah_ tadi mengucapkan _"Laa haula walaa quwwata illa billahil 'aliyyil 'adzhim"_ , langsung _*memvonis*_ bahwa anak tersebut terkena _'Ainul Jin_.
Menanggapi hal tersebut, Syaikh Abu Barra' mengatakan : aku menyarankan agar sahabatku ini meninggalkan _"orang ini (peruqyah) ini karena vonisnya yang membahayakan.
Menurut Syaikh, vonis sejenis ini tidak terjadi kecuali karena 2 kemungkinan saja penyebabnya:
1. Bahwa _peruqyah_ tadi meminta bantuan jin. (dibantu tanpa disadari~tambahan dr sy-nadhif)
2. Bahwa _peruqyah_ tersebut berbicara "tanpa ilmu" tentang perkara yang "ghaib".
Selanjutnya Syaikh mengatakan :
Prilaku ini kadang dilakukan supaya _peruqyah_ itu dikenal orang, terlihat professional, terlatih, memiliki "analisa" tajam, memiliki gagasan tepat, dll. Dan semua ini adalah _*kebodohan*_ yang besar.
Syaikh mengatakan, setelah kami pelajari secara keilmuan dan mengumpulkan berbagai sisi yang berkaitan dengan pasien dan mengenai gangguan/penyakit, seorang peruqyah mampu secara akurat dalam diagnosa. Namun yang lebih utama adalah menjauhi dan tanpa mengemukakan penyakit dan gangguan tsb kepada pasiennya, karena 3 pertimbangan :
1. Gejala gangguan ghaib _tidak dapat ditetapkan secara pasti_ apapun keadaannya.
2. Diagnosa itu _akan_ meninggalkan _pengaruh_ negatif terhadap penyakit sehingga mempengaruhi kejiwaan, prilaku dan tabiat marqi
3. Sesungguhnya, dalam menyampaikan kesimpulan hasil diagnosa, terbatas _hanya_ untuk _peruqyah_ saja.
Dikutip dari _Panduan Ruqyah Syar'iyyah Karya Syaikh Abu Barra, hal. 85-86_
---------
Dalam ranah terapi, cukup lah dugaan itu dipahami oleh peruqyah saja. Hal ghaib tetap lah ghaib secara hakiki. shg perlu hati hati dalam mengaitkan data dan menyimpulkannya. termasuk dalam hal ini adalah mengaitkan dosa dan sakitnya. krn hal ini juga termasuk ranah ghaib.
Hati hati dalam mengaitkan data dan tidak mengungkapkan hasil diagnosa pd pasien.
Semoga kita lebih hati hati dan bijaksana dalam memberikan terapi
Wallohua'lam
Ustad Nadhif