Janganlah kamu mengatakan dirimu suci.
Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa”
(QS an-Najm [53]: 32).
Jangan kalian Merasa paling benar dan paling sunah sehingga di luar golongan kalian sebut ahli bid'ah . Janganlah kalian menganggap diri kalian suci, bersih dan paling benar, kerena hakikat diri kalian berada dalam ilmu Allah.
Janganlah kalian memuji-muji keunggulan kalian sebab mata manusia tidaklah buta.
Sungguh, tidak ada manusia yang lebih bodoh dibandingkan dengan manusia yang menganggap dirinya paling bersih paling benar dan suci.
Tidak ada manusia yang lebih pandai dibandingkan dengan manusia yang menceritakan kebaikan dan kemuliaan dirinya.
Dan, tidak ada manusia yang lebih dungu dibandingkan dengan manusia yang menganggap dirinya tidak pernah salah. Kira-kira demikianlah penjabaran dari pesan Allah SWT pada ayat di atas.
Jika direnungkan, apa yang dimiliki oleh manusia hingga ia layak merasa bangga? Bukankah manusia selalu berada dalam curahan nikmat Allah yang tidak akan mampu ia syukuri?
Bukankah ia memiliki dosa-dosa yang belum tentu diampuni? Bukankah ia memiliki rahasia yang memalukan yang belum terbongkar? Bukankah ia masih memiliki dosa-dosa yang masih ditutupi oleh Allah ?
Orang-orang yang bersikap demikian (mengaku diri sok bersih dan suci) tidak sadar dengan hakikat dirinya. Bukankah Allah telah menerima dengan baik amal ibadahnya yang hanya sedikit, kemudian mengampuni dosanya yang sangat besar?
Bukankah yang telah memberikan taufik kepadanya hingga ia mampu berpaling dari jalan yang salah adalah Allah ? Bukankah Allah telah menutupi kesalahan dan mengampuni dosanya?
Dengan demikian, layakkah manusia memamerkan serta mengaku-ngaku bersih dan suci di hadapan Allah ? Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya. Sungguh tidak layak jika seseorang yang mengaku sebagai manusia yang bersih dan suci.
Pola pikir yang salah dan keinginan yang buruk telah mengilhami iblis untuk berkata kepada Allah , “Aku lebih baik daripadanya karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah” (QS Shaad [38]: 76).
Sifat sombong telah menyebabkan iblis menjadi makhluk terkutuk sepanjang masa.
Bila manusia merasa diri sok suci dan paling bersih maka apa
bedanya dia dengan perilaku iblis?
Jangan sampai dia ikut terkutuk karenanya.
Sifat Firaun yang merasa dirinya kuat dan mulia telah mendorongnya untuk
berkata, “Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku?”
(QS az-Zukhruuf [43] : 51).
Allah lalu menghinakan Firaun.
Qarun juga merasa dirinya bersih, kuat, dan mulia sehingga dia berkata,
“Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku”
(QS al Qashash [28] : 78).
Dengan demikian, tidakkah manusia berusaha mengekang diri dan berhenti dari sikap demikian, kemudian menyerahkan penilaian tersebut kepada Allah ?
Mengapa manusia masih saja menggunakan lisannya untuk menggambarkan dirinya kepada orang lain?
Padahal, sikap dan perilaku sudah cukup memberikan gambaran tentang dirinya yang sebenarnya. Karena manusia dipandang bukan dari bualan tentang kebaikan dirinya, tetapi dari sikap, perilaku akhlak,dan amalannya.......