GHULUUW-nya DIRI INI..
By Ustad Akbar Abu Syauqi....
Ketika merasa Ibadahku yang tidak seberapa dibanding orang lain, aku pun beralasan "Sederhana dalam SUNNAH itu LEBIH BAIK".
Sampai akhirnya tidak ada yang meningkat dari kuantitas maupun kualitas ibadahku.
Ketika kelompokku yang mendapatkan musibah, aku pun berdalih, "Inilah ujian bagi AHLUSSUNNAH dan cara ALLAH meninggikan derajat orang yang istiqamah".
Akhirnya akupun beranggapan TIDAK ADA YANG SALAH pada diriku.
Akan tetapi ketika kelompok yang BEDA AFILIASI mendapatkan musibah, aku pun mengucap, "Begitulah apabila MANHAJ kalian TIDAK LURUS. Tidak akan ada kesuksesan, kecuali dengan MANHAJ SALAF, bersama ustadz2 dan pengajian sunnah yang istiqamah".
Akhirnya akupun MENGKERDILKAN DA'WAH dan perjuangan kaum Muslimin yang DILUAR GOLONGANKU.
Ketika kelompok-kelompok lain semua MENGKRITISIKU, aku pun berujar, "Sebagaimana Yahya bin Ma'in, aku pun lebih RELA SENDIRIAN menghadapi AHLUL BID'AH dibandingkan harus bergabung bersama mereka".
Sampai tidak ada yang LEBIH TAJAM bagi kaum Muslimin yang lain dibandingkan LISANKU.
Ketika orang beda pengajian memberikanku NASIHAT, hatiku pun bergumam, "Seperti Ayyub As-Sikhtiyani, jangankan satu kalimat, setengah kalimat pun aku TAK RELA MENDENGARKAN NASIHAT DARINYA".
Jadilah orang yang sangat sulit menerima nasihat orang lain, itulah diriku.
Ketika melihat teman-teman beda pengajian KHUSYU' dalam ibadah-nya, akupun TAK MAU TERPUKAU karena kata al-Auza'i, "Syaithonlah yang meletakan rasa cinta terhadap beribadah dan rasa khusyu'".
Sampai RASA KHUSYU' itupun hampir TIDAK PERNAH DATANG ke dalam HATIKU.
Ketika melihat teman-teman beda pengajian RAJIN membaca AL-QUR'AN, maka akupun bergumam, "Bacaan AL-QUR'AN nya tidak akan melewati kerongkongan mereka".
Sampai MEDSOS telah berubah menjadi sesuatu yang paling banyak MENYITA WAKTUKU mengkritisi mereka.
Ketika dalam sebuah MASJID aku dapati Ustadz yang TAK KUKENAL sedang memberikan pendapat yang aku tidak mengetahuinya, aku pun langsung beranjak pergi sambil bergumam, "Hati ini lemah. Dan SYUBHAT itu MENYAMBAR-NYAMBAR".
Dan akhirnya aku pun berkeyakinan, manusia YANG PALING BENAR hanyalah afiliasi PENGAJIAN KU dan DIRIKU.
Ketika aku melihat orang-orang yang tidak sependapat denganku dalam masalah khilafiyyah, aku bergumam: "Begitulah AHLUL BID'AH, mereka lebih susah tobat dibanding pelaku maksiat".
Makin JUMAWA PENILAIAN KU sendiri terhadap diriku.
Ditengah-tengah penderitaan kaum Muslimin disekitarku, aku pun masih sempat mempertanyakan, "Apa MANHAJNYA ? Apa mereka sudah NGAJI SUNNAH ?"
Sampai hilanglah TAUHID sebagai tolak ukur AL-WALAA' WAL-BARAA' dalam diriku.
Tanpa sadar ternyata diriku terjangkit Virus ANA KHOIRU MINHU 😥😥