FB En Hikmah
Bismillah
Baca tulisan ust NAI, jadi berfikir, selama ini orang
tua terkena sihir perceraian, sampai ajal
menjemput.
Menyesal kenapa tidak segera belajar.
Dalam sujud mendoakan ayah, sungguh sungguh,
jin yg dimata reaksi, tidak tahan dibawa sujud.
Selesai shalat datang kurir
"Paket buat siapa mas?"
"Atas nama ibu"
"Kapan saya pesan barang?"
"Ini betul nama ibu kan? gimana sih ibu nih,
pesan barang kok ga ingat?" kurir gugup, takut
jadi Ayu ting ting
"Oh iya mas, ini paket saya, saya lupa hehe"
Begitu baca pengirimnya, ust Subur Diaul Haq ,
desshhh... migrain kambuh. mbatin 'takut ni yeee'
Buka bungkus teh QHI, tarus di meja. Baunya
serasa menusuk hidung. Pipi mengeras, rahang
kaku, lutut dingin, kaki kedutan, yang di rahim
kedutan heboh, muteri pinggang, weleh....
Hari pertama, mimpi ketindihan, sumbernya di
piggang belakang (wilayah ginjal). Coba baca ayat
kursi sampai 3 kali, yang keluar selalu 'laa ilaaha
ilallah', baiklah, tangkupkan tangan, pukul dari
perut depan, eh mempan, cengkramannya
menurun, terasa panas di luar kulit. Alhamdulillah,
pertama kali encounter secara langsung nih, jadi
semangat. Tepukan ke empat, langsung sadar.
Subhanallah...
Hari kedua, suami mipi yang isinya bermimpi lagi.
Ada orang berpakaian ptih duduk di ranjang dekat
kaki kami, berzikir, kaget, dia lihat jam jam 4.05.
Isigfar, lalu terbangun, wudhu, eh melhat saya
sudah bangun gendong kucing. Katanya, saya
coba ruqyah kucing sambil nangis, tidak reaksi.
Kucing dibalik, eh sudah busuk berulat. "Sudah
sayang, kucingnya dah mati." kata suami. "Ya
sudah kita shalat dulu baru kubur", kata saya.
Suami lihat jam, jam 04.00.
Langsung istigfar, kok
waktunya undur, berarti masih mimpi, istighfar
sampai sadar. Ternyata saya masih bobo dengan
manisnya Hari ketiga, tonsil membengkak.
Tidak batuk, tidak radang tidak flu. Sampai sulit
bicara, menelan, baca Qur'an suara lirih. Balurkan
ampas teh qhi di leher dan kening, sebelum tidur
siang dan tidur malam. Besoknya sdh lega.
Hari keempat, tiap rebahan, leher serasa bakal
dipenggal (dulu juga begitu, diruqyah, keluar nenek
yg di leher, beberapa hr kemudian, serasa yg dari
bawah naik nempati wil yg kosong, wktu itu leher
msh bengkak), bayangannya seperti dililit ular.
Kaku di tulang belakang. Kedutan sampai bahu.
Keadaan puasa. Baru tahu jin juga punya jam
tidur. Menjelang zuhur, udah mulai kedutan sana
sini. Mbatin, 'kapok, bangun tidur ga da makanan,
selamat berlapar ria. Siapa suruh numpang
disini." Dan subhanallah, semakin saya lapar dan
lesu (tidak sempat sahur), semakin berani jiwa
ini. Tidak ada rasa takut selain kepada Allah.
Semakin tahan memanjangkan shalat. Sudah buka
puasa, mulai lagi deh was was lihat kamar gelap...
fiuuhh....
Hari kelima, Siang kok bag kulit kepala terbawah
(dekat tengkuk) gatal, makin lama makin
mengganggu. Ruqyah air sapukan, berkurang.
Maha suci Allah yang telah memberikan cobaan
agar diri makin dekat padaNya.