Oleh Ustad Adam Amrullah
Kisah Nyata dari seorang Praktisi Tenaga Dalam
Ba'da isya aku duduk-duduk di kursi ruang tamu
kos-kosan, sambil membuka-buka tafsir Al
Qur'an, cuma dibuka doang, ngga dibaca..
Masuklah seorang teman, ngasih salam, masih
dengan baju senam (senam pernapasan) dia
selonjoran di depanku.
Dia senyum-senyum liat buku yg aku pegang,
knapa tanyaku? Ngga jawabnya.
Dia bercerita banyak tentang perguruan senam
pernapasannya (bahasa halusnya boleh dibilang
perguruan bela diri tenaga dalam).
Bagaimana dia bisa lari-lari muterin kampus
lewat hutan kota tanpa alas kaki, bisa mecahin
batu bata, bisa membengkokkan besi, dll.
"wah kamu udah jadi orang sakti sekarang
yaa..hebat" komentarku.
"kalo kamu tertarik dalam minggu ini ada
pengijasahannya, Din..tapi datang dulu juga
boleh, lihat kita latihan"
Aku berpikir sejenak, boleh juga nih, bosen juga
jadi orang biasa-biasa aja, ngulik kitab hadist
Imam Bukhori udah bosen, kitab-kitab sunni lain
mulai dari madarijus salikin sampe buku-buku
tazkiyatun nafs juga udah bosen, siapa tau
dengan ikut senam pernafasan ini bisa dapat
sesuatu yang lain, kayak "ilmu Hikmah" seperti
orang-orang sakti itu.
Esok sorenya ba'da ashar aku ikuti dia,
dikenalkan dengan teman-teman dan pelatih-
pelatihnya, aku menonton di bawah pohon.
Hari itu mereka latihan kepekaan rasa dan
kepekaan gerak, ketika latihan kepekaan gerak
ada murid-murid yang bisa memeragakan
berbagai gerakan bela diri dengan mata tertutup,
dll.
Wah hebat, pikirku, apa aku bisa sehebat itu
yaa..
Sang pelatih berkomentar, bahwa apa yang
terjadi barusan adalah bukti bahwa kita manusia
memiliki banyak kelebihan jika digali lebih dalam,
buktinya tanpa banyak belajar kita bisa
melakukan gerakan jurus-jurus bela diri.
Tibalah saatnya pelatihan kepekaan rasa, kata
sang pelatih jika sudah terlatih (teraktivasi)
maka manusia bisa merasakan energi seseorang,
dll.
Ditunjuklah seorang murid yang kelihatannya
cukup senior dan sudah terlatih kepekaan
rasanya untuk memeragakan.
Sang pelatih memanggilku, "dik, coba kamu
sekarang berdiri di sini, si A ini akan mencoba
memperkirakan besarnya energi yang ada
padamu, coba kamu baca ayat kursi, nanti dia
akan bisa menghitung berapa besarnya energi
dari ayat kursi yang kamu baca"..
"oh iya baca ayat kursinya sekali aja ya" kata
sang pelatih.
Agak aneh, tapi biarlah..aku berdiri sekitar 3
meter di depan murid senior itu, sambil membaca
ayat kursi, bukan sekali tapi aku baca tiga kali
dan beberapa ayat-ayat Al Qur'an serta
mengulang dengan cepat bacaan Bismillahilladzi
laa yadhurru ma'as-mihi syai'un fil ardhi wa laa
fissamaa'i wahuwas samii'ul 'aliim..
Si murid senior mulai bereaksi, mundur perlahan,
menyesuaikan besarnya energi ayat kursi yang
kubaca, makin mundur..makin
mundur..terpeleset..lalu terjungkal ke belakang
beberapa meter..brukkk..
Aku masih berdiri tak bergeming sama sekali
menyaksikan si murid senior terjerembab..aku
berdiri mematung karena heran..tapi sesaat
kemudian tersenyum simpul karena sudah bisa
menyimpulkan..
Sang pelatih dan beberapa pelatih lain langsung
menolong, dan sedikit kesal menoleh ke arahku..
"kamu baca apa tadi??"
"kenapa murid saya bisa mental gitu?"
"saya cuma baca ayat kursi dan beberapa ayat
Al Qur'an favorit saya pak" jawabku dengan
muka tak bersalah.
"sudah..kamu ngga usah ikut kita latihan dulu"
katanya dengan kesal
Temanku tadi hanya bengong melihat ke arahku,
akhirnya dia duduk menemani juga di sampingku.
"Kamu belajar tenaga dalam dimana Din?"
selidiknya.
Ngga..aku ngga punya tenaga dalam, malah aku
kagum dengan kalian yang sakti-sakti itu
jawabku.
Lusanya bisa ditebak keputusan dari pelatih
senam pernapasan itu, aku ngga diijinkan ikut
lagi...
Ya sudahlah, mungkin belum saatnya jadi orang
sakti pikirku, sambil membaca tasbih menikmati
matahari senja yang sinarnya berkilauan
memantul dari permukaan danau di samping
masjid kampusku..