Perjalanan Dakwah Ruqyah di Indonesia
ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ، ﻭﺑﻪ ﻧﺴﺘﻌﻴﻦ
ﻋﻠﻰ ﺃﻣﻮﺭ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺍﻟﺪﻳﻦ، ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ
ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺃﺷﺮﻑ ﺍﻟـﻤﺮﺳﻠﻴﻦ
ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺃﺟـﻤـﻌﻴﻦ، ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ
Kajian tentang ruqyah, saya awali dengan ulasan singkat perjalanan dakwah ruqyah di Indonesia. Hal ini saya rasa penting agar setelah membaca artikel ini mudah2an ada kesamaan visi, yakni Indonesia bertauhid 2020
Berawal dari terbitnya buku Dialog dengan Jin Muslim di medio 1999, minat masyarakat terhadap ruqyah semakin meningkat, khususnya keinginan untuk belajar mengusir jin dengan ruqyah. Buku tersebut meski tidak 100% syar'i, telah membuka mata masyarakat tentang keajaiban pengobatan qurani.
Fenomena ini bersambut dengan adanya layanan ruqyah massal yang diadakan oleh salah satu Partai (PKS). Umumnya layanan ruqyah rutin dilaksanakan tiap pekan. Kader-kader peruqyah muda mulai bermunculan dari kalangan mahasiswa. Umumnya berasal dari Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di intra kampus dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) di ekstra kampus.
Pada penghujung tahun 2003, terbitlah majalah Ghoib, yang memuat kisah pertaubatan praktisi keysirikan (dukun, kesaktian dll) plus testimoni pasien ruqyah dengan berbagai kasus masalah dan penyakit.
Syiar Ruqyah semakin bergema saat SCTV merilis sinetron kisah 'ISTIGHFAR' yang diangkat dari kisah2 di majalah Ghoib pada tahun 2005.
Banyak masyarakat mencari informasi dan mendatangi klinik2 ruqyah setelah menonton acara sinetron Istighfar. Seiring berhenti tayangnya sinetron tsb, gaung ruqyah meredup.
Pada tahun 2009, melalui situs metafisis.net, mantan laskar jihad Ambon, Ust Perdana menyerang dan membongkar kedok praktisi tenaga dalam dan praktisi kesyirikan sekaligus mempopulerkan kembali ruqyah syariyyah.
Walhasil, banyak testimoni dari mereka yang telah bertaubat dari kesyirikan, sembuh bi-idznillah dengan ruqyah syar'iyyah dan banyak yang ingin belajar ruqyah
Di Awal tahun 2012, ust Perdana berniat membuat proyek besar, yakni membuat pelatihan ruqyah bagi siapapun, dimulai dari membuat situs khusus, yakni quranic.healing.blogspot.com
Alhamdulillah, training perdana QHI di bulan Mei 2012, melahirkan alumni pertamanya, diantaranya Ust Nuruddin (NAI) yang kemudian membuat Yayasan Rehab Hati (RH). Dan pada angkatan ke 2, di bulan oktober 2012, diikuti oleh Ust Adam Amrullah, yang kemudian membentuk Komunitas Cinta Ruqyah (KCR).
Baik QHI, RH dan KCR selanjutnya melaksanakan training-training ruqyah baik berkolaborasi ataupun atas nama komunitasnya masing2. Ketiganya memperkuat wadah peruqyah yang sudah ada, yakni ARSYI (Assosiasi Ruqyah Syar'iyyah Indonesia)
Wal hasil, terbentuklah jaringan roqii syar'i yang terhubung via grup Facebook sehingga tersusunlah daftar roqii syar'iyyah se Indonesia dan di sejumlah negara2 lain.
Pada 23 Februari 2014, tayanglah edisi perdana Khazanah Ruqyah Trans 7 yang dihosti ust Adam Amrullah. Sementara di TV lain (Wesal TV dll), diisi oleh ust Perdana dan NAI.
Gebyar ruqyah syar'iyyah semakin bergema di seluruh Nusantara. Dakwah tauhid menyadarkan ummat sehinnga lepas dari kesyirikan. Banyak yang praktik ruqyah mandiri setelah menonton acara ruqyah, bereaksi, akhirnya mendatangi peruqyah terdekat
Tak lama, terbentuk pula Arsyada Assyifa (AA), dikomandani ust Faizar, yang saat ini menjadi host acara ruqyah menggantikan ust Adam.
Awalnya keempat wadah roqii, yakni QHI, RH, KCR dan AA bisa duduk berangkulan dan berada satu meja. Namun karena berbagai hal, lalu memilah diri, masing2 berdiri sendiri.
Seiring intensitas training yang tinggi, lahirlah roqii2 pemula baik masih muda ataupun sudah kepala 4, maka muncul pula berbagai masalah seperti roqii modus (merayu pasien akhwat), memeras pasien, masih mencampur dengan amalan bid'ah (tenaga dalam dll), berkholwat, memegang tubuh sensitif, minim ilmu sehingga ngawur dalam menjawab pertanyaan pasien.
Karena itu, perlu ada stratifikasi dan sertifikasi training serta memperketat seleksi menjadi roqii. Stratifikasi adalah pembedaan jenjang training antara training ruqyah mandiri dan ruqyah massal dengan Training For Roqii/Practitioner (TFR/TFP).
Harus ada syarat khusus untuk mengikuti TFR/TFP, seperti pernah ikut training ruqyah mandiri atau sudah pernah meruqyah, lalu bersedia magang pada roqii senior dan dibina. Dan baru diperbolehkan membuka praktik setelah ada rekom dari roqii senior/ yang ditunjuk.
Tantangan lain adalah sikap antipati dan upaya membendung laju dakwah ruqyah dengan stempel wahabi takfiri sehingga masyarakat takut untuk hadir. Hal ini tak terlepas dari strategi dakwah yang terburu2, yakni GAMPANG mengeluarkan "fatwa" bid'ah, sesat atau menyalah2kan amalan yang lazim ada di masyarakat dengan cara yang kurang halus dan kurang santun.
Sehingga tak heran, berita terkini, seperti di Pekalongan -menurut Ust Zunaedi, Ketua DPP QHI- acara ruqyah dicekal, masjid2 yang semula bersedia akhirnya menolak ditempati acara ruqyah.
Bahkan di Situbondo, sempat akan ada usaha penggagalan karena info yang beredar ruqyah adalah ajaran sesat. Sehingga oleh panitia ditantang agar hadir dan berdialog dengan pemateri (saya dan ust Lukman Jember), dan silahkan lapor polisi jika ada yang menyimpang dari Al Quran dan As Sunnah.
Tantangan dari dalam juga muncul, gesekan antar peruqyah terjadi. Karena beda pendapat, salah ucap, kurang tabayun sehingga mudah termakan fitnah, tersinggung ucapan, beda teknik, beda fatwa yang diikuti, beda manhaj DLL akhirnya yang semula dipertemukan Allah lewat Ruqyah Syar'iyyah sehingga akrab, rukun dan kompak bahkan mesra sebagai sahabat dan saudara seiman, akhirnya harus berseteru dan bahkan menjelek2an.
Padahal dalam Islam, kita diajarkan "BENCI KESALAHANNYA, BUKAN ORANGNYA".
Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmatNya, melimpahkan ridhoNYa, menganugerahkan taufiq dan hidayahNya dan memberikan perlindunganNya bagi kita sekeluarga.
Hadanallahu waiyyakum ajma'in
Barakallahu fiikum
ﻭ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ
Alfan Bainofi
#Kajian_WA_harian-grup-roqii-syar'i-Jatim&QHI-Jatim