Cara berdakwah boleh beda, tapi Islam tetap satu dan Islam menjadi rakhmatan lil alamin, rakhmat bagi alam semesta.
Sebenarnya saya tak mau ikut-ikutan membahas yang satu ini, pengkotak-kotakan Islam, Islam itu satu, Tuhannya satu: Allah Ta'ala,
Baca surat Al Ikhlas 1-4”
1). Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4). Dan tidak ada apapun yang setara dengan Dia .
Nabinya satu: NabiMuhammad SAW, kitab satu: Al Quran, kiblatnya satu: Ka’bah, tujuan hidupnya juga satu: menggapai ridho Allah Ta'ala.
Nah yang serba satu itu mau dipecah belah dan diadu domba, hal tersebut bahkan sejak jaman Belanda, ketika Belanda menjajah Indonesia. Dan dalam alasan penelitian, Islam juga dikotak-kotakan menjadi Islam santri, Islam abangan dan seterusnya. Begitu juga dalam organisasi, dan ini lebih banyak lagi.
Dan dalam uraian versi Barat, khusus kaum orientalis, Islam dikotak-kotakan lagi menjadi Islam moderat, islam radikal, Islam Sunni, Islam Syiah dan lain sebagainya. Ok, kalau Islam yang alirannya Sunni dan Islam yang aliran Syiah, itu memang sudah menjadi sejarah yang panjang, yang pembahasannya tak cukup selembar dua lembar halaman. Dan inipun mau diadu domba, itu sangat terlihat dengan memanasnya hubungan Saudi Arabia yang kebanyakan Sunni dengan Iran yang mayoritasnya Syiah.
Mengadu domba antara Syiah dan Sunni sudah berhasil di Irak, sehingga antara golongan Sunni dan Syiah saling bunuh membunuh, padahal satu bangsa dan satu agama, bangsa Irak dan agamanya Islam.
Inikah yang dinginkan para pengadu domba, hingga teriak-teriak agar organisasi-organisasi massa yang berasaskan Islam dan membawa bendera Islam, harus dibubarkan! Ada apa ini, kalau yang nulis atau menyarankan ummat lain, ya tak apa-apa, itu memang dari sananya, tak akan pernah senang bila Islam jaya, tak akan senang bila Islam maju, tak akan senang bila ummat Islam menjalankan syariat agamanya. Lihat saja, muslimah yang memakai jilbab untuk menjalankan agamanya, kok mereka yang ribut, dan mengatakan budaya Arab, kalau budaya Arab memangnya kenapa? Bukankah Islam datang dari tanah Arab, nabi Muhammad SAW juga orang Arab, Islam juga diturunkan di Arab. Namun aneh, ummat Islam yang mencoba menjalankan syariat agamanya malah disudutkan, fanatiklah, sok sucilah dan lain sebagainya. Ada apa ini?
Islam ya Islam, titik. Islam Jangan dipecah belah dengan berbagai hal, selama sholatnya sama, sujudnya sama, puasanya sama, hajinya sama, dan selama rukun Islam dan rukun Imannya sama, mengapa harus diributkan. Mengapa harus dibubarkan? Soal cara berdakwa memang beda-beda, ada yang lembut, sedang dan keras, itu tergantung pada situasi dan kondisinya. Dan memang diajarkan dalam Islam, bila melihat kemungkaran lakukan dengan tangan atau kekuatan, ini bagi yang punya kekuasaan, lakukan dengan lidah, ini dilakukan para kiayi, ulam, ustdz, dai dan lain-lain, dan bila tak mampu mencegah kemungkaran dengan tangan dan lidah, lakukan dengan hati alias tak setuju terhadap kemungkaran tersebut, mencegah kemungkuran dengan hati itulah selemah-lemahnya iman. Dan saya melakukan dengan cara yang kedua, karena saya tak punya kekuasaan, dan jikapun tidak, ya sudah dengan hati, sambil berdoa, semoga yang melakukan kemungkaran bertaubat.
Kembali ke ormas-ormas yang dituduh radikal, kalaupun iya, memangnya kenapa? Radikal atau tegas diperlukan, jika yang mau dirubah memang bandel, keras kepala bahkan memusuhi Islam, ya harus dilawan dengan kekerasan juga, karena tak mungkin dilakukan dengan lemah lembut. Begitu juga sebaliknya, kalau ada yang lembut, ya gunakan dengan cara kelembutan juga. Dan kalau ada yang memusuhi Islam dengan tulisan dan pemikiran, ya lawan juga dengan tulisan dan pemikiran, siapa takut? Mari berjuang dan terus membela Islam, itu memang tugas ummat Islam. Masa agamanya dihina diam saja? Masa agamanya diadudomba diam saja? Masa agamanya dianggap teroris diam saja? Ini bukan masalah toleransi, ini masalah akidah, masalah keimanan. Kalau toleransi, Islam sudah diajarkan sejak 14 abad yang lalu” lakum dinikum waliyadiin” untukmu agamamu, untuk agamaku.
Kalau ummat Islam menjalankan ajaran agamanya, masa tak boleh, itu sih sama juga melarang orang untuk sholat. Karena dalam Islam itu semua kegiatan di dunia, dihubungkan ke akherat. Berjuanglah untuk duniamu, namun jangan lupakan akheratmu, dan berjuanglah untuk akheratmu, tapi jangan lupakan duniamu, begitulah Islam mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akherat. Makanya Islam tak alergi dengan politik dan masalah ketatanegaraan. Jadi kalau ada yang mendirikan partai yang berbasis Islam, itu dalam rangka mengamalkan ajaran Islam juga, apa yang salah? Kalau memang ada yang korupsi di partai Islam, ya ditangkap saja. Bukankah partai yang tak berbasis Islam juga banyak yang korupsi? Jadi jangan Islamnya yang disalahkan, tapi orangnya yang korupsi itu.
Begitu juga dengan ormas-ormas Islam, ya jangan sebentar-sebentar main bubarkan saja, ini negara demokrasi, bukan negara dictator, bukan negara komunis, bukan negara yang sewenang-wenang. Kalau salah, ya dibina, bukan dibinasakan. Diarahkan bukan dijerumuskan, ditegakan bukan dibubarkan. Kalau ormas Islam dibubarkan, apakah kemungkaran lalu hilang? Sebenarnya mudah sekali membubarkan ormas-ormas Islam, caranya, yang namanya kemungkaran itu dihilangkan oleh aparat, kemaksiatan diberantas, dan ummat Islam menjalankan syariat Islam jangan dihalangi. Beres!
Ini jelas akan berbeda dengan phobia terhadap Islam, anehnya yang phobia terhadap Islam bukan hanya ummat lain, tapi bisa saja orang—orang yang senang bermaksiat, orang yang suka kepada kemungkaran, para penjudi, pemabuk, dan para pembuat dosa lainnya. Makanya Islam sering disudutkan, dijadikan, tertuduh bahkan dianggap teroris. Padahal penyebab adanya teroris tersebut tak diungkap, negara-negara Islam yang dihancurkan, seperti Irak, Afganistan, Syria, Yaman dan lain-lain oleh Amerka dan sekutunya, tak disebut teroris, padahal jelas-jelas menghancurkan negara orang, membuat penduduknya menderita dan ribuan bahkan ratusan ribu orang meninggal, dan jutaan orang Islam mengungsi dari bebagai negara, dari Palestina, Irak, Syria, Yaman, Myanmar, dan lain sebagainya, negara-negara Barat bungkam, PBB juga bungkam.
Namun giliran yang sebelah kesenggol dikit saja, semua negara Barat kompak, presidennya turun ke jalan, demo, dan berbaris menyatakan dukungan, lihat kasus Perancis. Namun ketika Irak dihancurkan mana ada negara-negara Barat merasa prihatin, mana PBB mampu menahan AS? Mana presiden-presiden Barat berbaris memberikan dukungan pada rakyat Irak, okelah kalau Sadam Huseinnya jadi masalah, tapi rakyatnya kan tak bersalah, kenapa ketika mereka dihancurkan pihak Barat diam seribu bahasa? Begitu juga yang terjadi di Mesir, Libya dan lain sebagainya, ada apa ini? Apakah ini politik domino yang sengaja sedang dijalankan secara sistimatis, ummat Islam dihancurkan sehingga ummat Islam hilang dari muka bumi?
Kembali ke ormas Islam di Indonesia, apa yang salah dari mereka? Ormas tersebut sedang menjalankan kegiatannya, kata-kata radikal hanya untuk membuat mereka dijadikan musuh bersama, dan ada pembenaran untuk dibubarkan. Ayo ummat Islam bersatu, jangan mau diadudomba, mari teruskan menyebarkan Islam dengan jalan damai dan jadikan Islam yang rakhmatan lil alamin, Islam yang lembut, Islam yang menentramkan. Dan mari tegakkan kalimat syahadat di muka bumi ini. Islam akan tetap berdiri tegak, selama ummatnya tetap berpegang teguh pada Al Quran dan Hadist serta tak mudah diadudomba oleh apa dan siapapun.
Sumber:kaskus.co.id