KAIDAH KE 3
PERUQYAH ADALAH PANUTAN
بسم الله الرحمـــن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على خاتم النبيين وعلى آله وصحبه أجمعين.أما بعد:
Ketika Allah memberikan nikmat kepada peruqyah hingga dia menjadi sebab dari kesembuhan manusia,hal ini menyebabkan manusia tersebut bertanya-tanya dengan apakah peruqyah ini mendapatkan kedudukan tersebut ? Khususnya bila peruqyah itu kurang dalam melakukan yang disunnahkan.Dizaman sekarang ini kebanyakan peruqyah bila di lihat dari kekurangannya,maka kita temukan mereka dalam keadaan tertutup,dan seharusnya peruqyah itu menjadi panutan pasiennya dalam ibadahnya,perlakuannya,dan segala aspek kehidupannya.Kebanyakan peruqyah itu memerintahkan pasien mereka untuk bertaqwa,meningkatkan ketaatan,dan banyak berzikir.Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?"(Albaqarah:44).
Tazkiyah ini merupakan tuntutan syar'i sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu".(Al-Syam:9).
اتق المحارم تكن أعبد الناس
"Hindarilah hal-hal yang diharamkan, kamu akan menjadi orang yang paling bagus ibadahnya".(HR.Ibnu Saad dalam thabaqatnya).
Awal dari kesalahan seorang peruqyah adalah ketika ia bergantung pada kepentingan dunia,yang mana seharusnya ia memperhatikan hati pasiennya,namun ia memperhatikan kantongnya,pada akhirnya ruqyahnya merupakan kepentingan dunia,dan ambisi dari orang-orang yang memiliki kepentingan.Inilah yang banyak terjadi sekarang ini,dan jarang kita temukan seseorang yang meruqyah sebagaimana mestinya sehingga sedikit sekali yang diberikan manfaat oleh Allah subhaanahu wa ta'aala.
Adapun cara untuk mengatasi kesalahan tersebut diatas adalah mengosongkan tujuan meruqyah dari kepentingan dunia dan menuntut ilmu syar'i hingga peruqyah itu bisa menjadi panutan bagi pasiennya,dan hindarilah agar ruqyahnya tidak dimaksudkan untuk kepentingan harta atau kedudukan.
Al-Mawardi berkata:" Ali bn Abi Thalib radiallohu 'anhu berkata:" Hanya saja zuhudnya manusia itu terletak didalam menuntut ilmu karena melihat sedikitnya manfaat orang yang berilmu dengan ilmunya".Beliau juga berkata:"Sebaik-baiknya perkataan adalah orang yang melakukannya,dan sebaik-baiknya kebenaran itu adalah orang yang mengatakannya,dan sebaik-baik ilmu itu adalah orang yang membawanya".
Perlu diingat bahwa kehidupan dan tingkah laku peruqyah baik yang sifatnya pribadi maupun umum adalah menjadi pusat perhatian orang lain.Ketika ia jauh dari hal-hal yang disunnahkan,dan nafilah selain hal-hal yang diwajibkan,maka ia akan menjadi fitnah bagi manusia,dengan sebab mereka di belokkan oleh prilaku peruqyah tersebut dari agama Allah.
Demikian semoga bermanfaat.Aamiiin
وصلى الله على محمد وآله وصحبه وسلم.والحمد لله رب العالمين.والله تعالى اعلى و اعلم.
Oleh ustad Salahudin Sunan Al-sasaki